Selasa, 18 Juni 2019

Bersikap Ramahlah, Meski Orang Itu Lebih Muda Darimu

Assalamualaikum. Salam Petang.
Hai. Aku Hasna. Kali ini aku mau cerita sedikit perihal yang kulalui hari ini. Tidak banyak, hanya sepenggal muhasabah untuk diri sendiri pun untuk teman-teman jika berkenan. hehe. Jadi agenda aku hari ini sudah tersusun sejak kemarin, hingga kemarin malam pun aku sudah pamit sama Mama untuk kegiatan hari ini.
Pagi tadi, setelah sholat subuh, beres-beres rumah, bantu mama jagain bos kecil dan olahraga ringan aku pun bersiap-siap untuk berangkat menjalankan agenda hari ini.
“Eh, Na kalau sempat dan bisa, kamu cepat pulang ya.  Soalnya adikmu tadi telpon minta diantarin kain pel sama pembersihnya,” ujar mama tiba-tiba.
Aku mengkerut bingung.
“Insya Allah ya, Ma. Kan Hasna sudah bilang tadi malam, setelah servis motor Hasna mau lanjut ngajar ba’da dzuhur, sekitar jam 1 sampe sore.”
Aku menarik napas panjang, sepertinya hari ini akan terasa panjang. Sebelum berangkat ke tempat servis aku meminta STNK motor sama mama. Mama mengelak katanya dulu waktu dia pergi ke tempat servis gak dimintain STNK. Aku pun bersikeras, memaksa, sementara mama sedang memberi ASI si bos kecil. Akhirnya aku mengalah dengan mengancam, “Awas aja ya, kalau sampe dimintain, kumales bolak-balik soalnya.” ucapku sebelum akhirnya mencium tangan mama kemudian pamit.
Suasana hatiku sedang baik saat keluar rumah terlebih cuaca pagi ini juga tampak cerah. Sampai ketika aku tiba di tempat servis motor –Bye the way, motor aku itu motor apa, gak perlu kusebut ya –semuanya terasa kacau, termasuk suasana hatiku. hiks.
Saat tiba di dealer tempat aku akan servis motor, ternyata dealernya sudah buka, padahal saat itu masih pukul delapan pagi. Kata mama, saat dia ke tempat itu, mereka buka pada pukul Sembilan pagi, itulah alasan aku datang pukul delapan agar bisa lebih cepat mendaftar. Kulihat para karyawan tampak sibuk, mencek satu-persatu motor yang sudah terparkir rapi untuk diperbaiki dan ada yang tampak sudah mulai mengotak-atik motor. Aku memarkir motorku kemudian berjalan pelan, celingak-celinguk mencari orang setelah melihat ke meja pendaftaran yang tampak tak berpenghuni. Tak lama tampak bapak-bapak tinggi, agak gendut berseragam dealer tersebut mendekatiku.
“Ada apa mbak?” tanyanya.
“Mau Servis, Pak,” jawabku halus.
“Ada STNKnya?”
“Ha? STNK?” aku terkejut. Aduh mampus! mamaaaaa! keluhku dalam hati.
“Harus pakai STNK ya, Pak?” Aku masih berusaha meyakinkan dengan intonasi selembut mungkin.
“Kok Tanya saya? Tanya Polisi sana! emangnya naik motor tidak bawa STNK? jangan naik motor kalau tidak bawa STNK!” Ia membentakku keras, mungkin saja ini perasaanku. Tapi kulihat orang-orang disekitar seketika melirikku.
Aku hanya mengangguk, sambil menjawab ohh iya, Pak. Kebayangkan bagaimana perubahan suasana hatiku saat itu, Malu dan aarggghhh.
“Nda bawa STNK ya, dek?” Ia masih melanjutkan pertanyaannya. Aku hanya mampu menggeleng.
“Kenapa tidak bawa STNK? SIM juga tidak bawa?”
Aku menggeleng lagi.
Ia tersenyum mengejek, lalu kembali bertanya, “apanya yang mau diservis?”
“Mau ganti sayap depan dan spionnya, Pak.”
“Sayap depan coba tanya disebelah, ” ucapnya lagi sambil menunjuk dealer besar yang berdiri tepat disebelah tempat servis motor. Kuperhatikan dealer motor itu masih dengan hati terenyuh, merasa sakit, seperti ada yang membendung, siap meluap. ahh gadis cengeng!
Karena tak mampu lagi – tanpa pergi bertanya ke dealer sebelah – Aku berjalan menuju motorku yang terparkir, menyalakannya kemudian melaju dengan butiran tak terbendung di pipiku. Dalam pikiranku terngiang bentakkan bapak-bapak tadi. Inginku mengumpat, namun ditempat yang lain justru berucap istigfar. Aku melaju, berusaha tenang, menarik napas lebih dalam dan menentukan dengan cepat ke mana sebenarnya aku akan pergi. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke indekos teman, menenangkan diri.
Kurang lebih, seperti itulah sedikit perihal yang ingin kuceritakan, yang intinya aku tidak ingin menyalahkan siapapun. Bapak-bapak itu ataupun diriku sendiri yang terlalu lemah. Terlepas dari itu, muhasabah yang kudapatkan adalah bersikap ramah. Bersikap ramahlah, kepada saudara, adik, kakak, orang tua, paman, bibi, nenek, kakek, teman, rekan kerja, pelanggang, siapun itu, Meskipun orang itu lebih muda darimu. Ya, setiap orang memiliki hati yang berbeda, tingkat kelembutannya pun berbeda.Yang intinya bersikap ramah itu perlu. Tapi satu hal yang paling kupelajari. Jadilah kuat. hehe
Selamat Malam. Salam Petang.
Wassalam.